Theme images by Igniel

Contact Form

Name

Email *

Message *

Followers

Jumlah Pengunjung

Archive

Universitas Megarezky

Universitas Megarezky
FKIP Universitas Megarezky

Prodi Pendidikan Jasmani Ada Di Univ. Megarezky

Prodi Pendidikan Jasmani Ada Di Univ. Megarezky
Yukkss Daftarkan Segara Diri Anda untuk menjadi Bagian dari Kami

Ayo Kuliah Di Univ. Megarezky

Ayo Kuliah Di Univ. Megarezky
Pendaftaran Calon Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2020/2021

Translate

Follow Us

Halaman Facebook

Universitas Megarezky

Comment

Bacaan Favorit

Intelektual-Intelektual Muslim yang Terlupakan

Post a Comment
Science_Sport_Online

Islam dan ilmu pengetahuan memiliki hubungan yang sangat erat. Sebab, selain sebagai agama yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, Islam juga hadir sebagai sebuah peradaban, yakni peradaban yang dibangun berdasarkan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh pandangan hidup Islam (Islamic worldview).

Ibnu Khaldun mengatakan bahwa tanda wujudnya suatu peradaban adalah berkembangnya ilmu pengetahuan seperti Fisika, Kimia, Geometri, Aritmatika, Astronomi, Optik, Kedokteran, dsb. Bahkan, maju mundurnya suatu peradaban tergantung atau berkaitan dengan maju mundurnya ilmu pengetahuan. Jadi substansi peradaban yang terpenting dalam teori Ibnu Khaldun adalah ilmu pengetahuan.

Dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, sudah banyak bukti yang menunjukkan hubungan Islam dan ilmu pengetahuan. Selain itu, banyak ilmuwan muslim yang hasil pemikirannya telah diakui oleh dunia. Pengakuan adanya hubungan Islam dan ilmu penge­tahuan bukan hanya berasal dari kalangan Islam saja. Banyak ilmuwan non-muslim yang sudah mengakui bahwa Islam merupakan agama yang mendukung akan pengetahuan. Sumber utama petunjuk yang diakui kebenarannya adalah wahyu.

Dengan demikian, cikal bakal konsep ilmu pengetahu­an dalam Islam pada hakikatnya adalah konsep-konsep kunci dalam wahyu yang ditafsirkan kedalam berbagai bidang kehidupan dan akhirnya berakumulasi dalam bentuk peradaban yang kokoh.
  

Kontribusi Intelektual Muslim yang Terlupakan

Menurut Ibnu Khaldun sejarah adalah salah satu di­siplin ilmu yang dipelajari secara luas oleh bangsa-bangsa dan generasi-generasi. Dalam hakikat sejarah, terkandung pengertian observasi dan mencari kebenaran (tahqiq), keterangan yang mendalam tentang sebab dan asal benda wujud serta pengertian dan pengetahuan tentang substansi, esensi dan sebab-sebab terjadinya peristiwa. Sejarah membuat kita paham akan hal-ihwal bangsa-bangsa terdahulu yang merefleksikan diri dalam perilaku kebangsaan mereka. Sejarah juga membuat kita mengetahui biografi, jejak historis, kebijaksanaan para pemimpin zaman dulu, sehingga menjadi sempurnalah faedah dalam mencari solusi masalah agama dan dunia.

Sejarah Islam membuktikan banyaknya para cen­dekiawan muslim yang telah memberikan kontribusi penting dalam pengembangan intelektual di percaturan ilmu pengetahuan dunia, yang tidak kalah dengan para ilmuan Barat. Pada abad pertengahan (masa keemasan Islam), hidup para pakar dan cendikiawan muslim seperti Ibnu Sina yang terkenal dengan bukunya, al-Qanun fi ath-Thib (the Canon) yang disebut-sebut sebagai inspirator utama kebangkitan Barat dalam ilmu kedokteran. Sampai sekarang pun keberadaan Avicenna (sebutan nama Ibnu Sina di Barat) masih fenomenal, bahkan dia diberi gelar sebagai bapak ilmu kedokteran.

Selain Ibnu Sina, masih banyak ilmuwan muslim lainnya yang memberi kontribusi penting terhadap ilmu pengetahuan, antara lain al-Biruni (penyusun kitab al-Atsar al-Baqiah yang merupakan kitab pertama di dunia yang meneliti tentang sejarah, perbedaan bulan, tahun, penanggalan, sebab dan cara istinbathnya), Ibnu Khaldun (Bapak Sosiologi Politik), Jabir bin Hayyan sebagai penemu Ilmu Kimia, Ibnu Zuhr (Bapak Parasitologi dan Pelopor Tracheotomi), Ibnu Majid penemu Kompas dan Navigator, Al-Khawarizmi (Bapak Aljabar dan Geografi), Abu az-Zahrawi (Bapak bedah, penemu Hemofilia), Ibnu Haitam (penemu Teknik Fotografi, Optik dan Energy Solar), Ibnu Rusyd (Perintis Ilmu Jaringan Tubuh), Ibnu Nafis (penemu peredaran darah paru-paru), Ar-Razi (Rhazes) seorang dokter pertama bidang Psikosomatis atau gangguan emosi dan mental, Jamsyid Ghiatsuddin al-Kasyri (pakar dalam bidang Matematika dan Astronomi), As-Simay adalah seorang yang ahli dalam bidang Biologi dan pengarang Kitab an-Nabati wa asy-Syujjar, dan lain-lain.

Pada tahun 245 H. di kota Fez, Maroko, dibangun masjid besar yang tak hanya menjadi tempat ibadah tetapi menjadi tempat menuntut ilmu yang dihadiri mahasiswa dari banyak negara. Tak hanya belajar Tafsir, Hadits dan Fiqh tetapi juga Matematika, Astronomi dan Geografi. Masjid tersebut akhirnya terkenal sebagai Universitas al-Qairawan (al-Karaouiyinne), universitas pertama yang mengadakan studi ilmu dari berbagai bidang, bahkan universitas tersebut merupakan universitas pertama kali didirikan dalam sejarah peradaban dunia. Al-Karaouiyinne ini telah berhasil mencetak banyak intelektual Barat. Catatan sejarah menunjukkan sepuluh mahasiswa non muslim menjadi alumni universitas tersebut. Salah satunya adalah Galbart, seorang pastur yang akhirnya menjadi Paus Silvester II. Dialah orang yang pertama kali memasukkan angka Arab ke Eropa dan menerjemahkan setiap ilmu yang ditulis umat Islam. Dia juga yang mensponsori Amandemen Undang-Undang Romawi dan disesuaikan dengan syariat Islam.

Pusat peradaban Islam lain yang terkenal adalah Andalusia (Spanyol). Andalusia banyak melahirkan ilmuan muslim baik dalam bidang ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum. Sebelum bangsa Eropa me­miliki universitas, di Andalusia sudah banyak berdiri universitas-universitas, seperti Cordova, Seville dan Gra­nada, bahkan orang Eropa banyak sekali yang me­nuntut ilmu di sana.

Puncak kemajuan ilmu pengetahuan dalam Islam adalah pada masa pemerintahan Khalifah Harun ar-Rasyid dan putranya al-Ma’mun dari Khilafah Abbasiyah di Baghdad. Pada masa itulah pertama kalinya berdiri Baitul Hikmah (Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Riset).

Apabila kita menengok sejarah ternyata dalam Islam dikenal banyak sekali para ilmuan yang menjadi penemu atau pelopor bagi sebuah ilmu pengetahuan (science), namun kebesaran nama mereka kadang jarang disebut-sebut dalam khazanah pendidikan kita. Kalau sekarang murid-murid Sekolah Menengah Pertama ditanya, siapakah penemu peredaran darah? Mereka akan menjawab William Harvey. Atau, siapa penemu mesin uap? Mereka akan menjawab James Watt. Sebenarnya, pada saat orang Eropa menganggap penyakit Herpes merupakan sebuah kutukan dari Iblis, orang Islam sudah menemukan obatnya. Kita juga ingat dalam sejarah ketika terjadi perang salib, banyak tentara Romawi yang kagum dengan kompas yang dibuat oleh para mujahid Islam yang dipimpin oleh Sultan Shalahuddin. Jadi pada waktu bangsa Eropa masih dalam kondisi jahiliyah atau berada dalam masa kegelapan, orang Islam sudah memiliki peradaban yang begitu tinggi.

Jikalau hadiah Nobel sudah ada pada zaman mereka lahir, mungkin sudah banyak dan tidak terhitung tokoh dan ilmuan yang menerima nobel dari kalangan dunia Islam. Dalam perjalanan nobel sejak 100 tahun silam, baru ada sekitar lima orang penerima nobel dari umat muslim. Mereka adalah Presiden Mesir Anwar Sadat tahun 1978, sastrawan Mesir Nagib Mahfudz tahun 1988, Abdus Salam dari Pakistan, ilmuan asal Mesir yang menetap di AS, Ahmad Zuwaeli dan Muhammad Yunus dari Bangladesh. Dua orang pertama mendapatkan penghargaan Nobel dibidang perdamaian dan sastra. Sedangkan Abdus Salam di bidang Fisika dan Zuwaeli yang juga seorang hafidz Quran, ahli di bidang Kimia, sedangkan Muhammad Yunus mendapat nobel per­damaian dalam kiprahnya mengentaskan kemiskinan melalui kredit mikro di Bangladesh.

Namun yang menjadi pertanyaan saat ini adalah, di mana masa keemasan dan kejayaan Islam dalam ilmu pengetahuan tersebut? Mengapa dunia Islam sekarang ini sangat mundur bahkan terpuruk dalam segala bidang kehidupan, termasuk sains? Keadaan yang menghawatirkan ini merupakan akibat langsung dari umat Islam yang meninggalkan agamanya dalam mengatur seluruh aspek kehidupan dan pola pikirnya masih Eropa Centris, sebagai akibat dari pengaruh westernisasi dalam berbagai bidang kehidupan. Sehingga kita lupa akan nilai-nilai dan jati diri sebagai seorang muslim.

Keberhasilan dan kemajuan bangsa Eropa (Barat) dalam sains saat ini disebabkan mereka menerapkan nilai-nilai Islam, seperti disiplin, banyak membaca, etos kerja yang tinggi, menghargai waktu, semangat untuk mengejar pendidikan yang lebih tinggi dimana pun dan kapan pun yang mungkin nilai-nilai tersebut mereka dapatkan dari sarjana-sarjana Eropa yang dulu pernah belajar kepada para ilmuwan Islam.

Penutup

Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin memiliki andil besar dalam membangun peradaban. Peradaban tersebut dibangun atas dasar ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh pandangan hidup Islam. Hal ini terbukti dengan lahirnya para ilmuwan muslim berkaliber internasional, baik pada bidang kedokteran, Astronomi, Matematika, dan lain-lain.


Kontribusi para ilmuwan muslim itu seharusnya menjadi inspirasi bagi kita,  umat muslim, untuk kembali mewujudkan kejayaan Islam di masa sekarang dan mendatang. Bukan malah menjadikan kita terpukau dan terbuai oleh zaman keemasan peradaban Islam atau bahkan melupakannya. Adanya citra negatif yang saat ini sedang melekat pada umat Islam, harus kita jawab melalui kerja keras dan kontribusi kita terhadap kemajuan umat. Semoga
aminuddin
Aminuddin S.Or.,M.kes Dg Nyampo, Akademisi dan praktisi di bidang ilmu Kesehatan Olahraga.

Related Posts

Post a Comment