KPK menetapkan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah sebagai tersangka OTT Gubernur Sulaw…
Intelektual-Intelektual Muslim yang Terlupakan
Science_Sport_Online
Islam dan ilmu pengetahuan memiliki hubungan
yang sangat erat. Sebab, selain sebagai agama yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan, Islam juga hadir sebagai sebuah peradaban, yakni peradaban yang dibangun
berdasarkan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh pandangan hidup Islam
(Islamic worldview).
Ibnu Khaldun mengatakan bahwa tanda wujudnya
suatu peradaban adalah berkembangnya ilmu pengetahuan seperti Fisika, Kimia,
Geometri, Aritmatika, Astronomi, Optik, Kedokteran, dsb. Bahkan, maju mundurnya
suatu peradaban tergantung atau berkaitan dengan maju mundurnya ilmu
pengetahuan. Jadi substansi peradaban yang terpenting dalam teori Ibnu Khaldun
adalah ilmu pengetahuan.
Dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi,
sudah banyak bukti yang menunjukkan hubungan Islam dan ilmu pengetahuan. Selain
itu, banyak ilmuwan muslim yang hasil pemikirannya telah diakui oleh dunia.
Pengakuan adanya hubungan Islam dan ilmu pengetahuan bukan hanya berasal dari
kalangan Islam saja. Banyak ilmuwan non-muslim yang sudah mengakui bahwa Islam
merupakan agama yang mendukung akan pengetahuan. Sumber utama petunjuk yang
diakui kebenarannya adalah wahyu.
Dengan demikian, cikal bakal konsep ilmu
pengetahuan dalam Islam pada hakikatnya adalah konsep-konsep kunci dalam wahyu
yang ditafsirkan kedalam berbagai bidang kehidupan dan akhirnya berakumulasi
dalam bentuk peradaban yang kokoh.
Kontribusi Intelektual Muslim yang Terlupakan
Menurut Ibnu Khaldun sejarah adalah salah satu
disiplin ilmu yang dipelajari secara luas oleh bangsa-bangsa dan
generasi-generasi. Dalam hakikat sejarah, terkandung pengertian observasi dan
mencari kebenaran (tahqiq), keterangan yang mendalam tentang sebab dan asal
benda wujud serta pengertian dan pengetahuan tentang substansi, esensi dan
sebab-sebab terjadinya peristiwa. Sejarah membuat kita paham akan hal-ihwal
bangsa-bangsa terdahulu yang merefleksikan diri dalam perilaku kebangsaan
mereka. Sejarah juga membuat kita mengetahui biografi, jejak historis,
kebijaksanaan para pemimpin zaman dulu, sehingga menjadi sempurnalah faedah
dalam mencari solusi masalah agama dan dunia.
Sejarah Islam membuktikan banyaknya para
cendekiawan muslim yang telah memberikan kontribusi penting dalam pengembangan
intelektual di percaturan ilmu pengetahuan dunia, yang tidak kalah dengan para
ilmuan Barat. Pada abad pertengahan (masa keemasan Islam), hidup para pakar dan
cendikiawan muslim seperti Ibnu Sina yang terkenal dengan bukunya, al-Qanun fi
ath-Thib (the Canon) yang disebut-sebut sebagai inspirator utama kebangkitan
Barat dalam ilmu kedokteran. Sampai sekarang pun keberadaan Avicenna (sebutan
nama Ibnu Sina di Barat) masih fenomenal, bahkan dia diberi gelar sebagai bapak
ilmu kedokteran.
Selain Ibnu Sina, masih banyak ilmuwan muslim
lainnya yang memberi kontribusi penting terhadap ilmu pengetahuan, antara lain
al-Biruni (penyusun kitab al-Atsar al-Baqiah yang merupakan kitab pertama di
dunia yang meneliti tentang sejarah, perbedaan bulan, tahun, penanggalan, sebab
dan cara istinbathnya), Ibnu Khaldun (Bapak Sosiologi Politik), Jabir bin
Hayyan sebagai penemu Ilmu Kimia, Ibnu Zuhr (Bapak Parasitologi dan Pelopor
Tracheotomi), Ibnu Majid penemu Kompas dan Navigator, Al-Khawarizmi (Bapak
Aljabar dan Geografi), Abu az-Zahrawi (Bapak bedah, penemu Hemofilia), Ibnu
Haitam (penemu Teknik Fotografi, Optik dan Energy Solar), Ibnu Rusyd (Perintis
Ilmu Jaringan Tubuh), Ibnu Nafis (penemu peredaran darah paru-paru), Ar-Razi
(Rhazes) seorang dokter pertama bidang Psikosomatis atau gangguan emosi dan
mental, Jamsyid Ghiatsuddin al-Kasyri (pakar dalam bidang Matematika dan
Astronomi), As-Simay adalah seorang yang ahli dalam bidang Biologi dan
pengarang Kitab an-Nabati wa asy-Syujjar, dan lain-lain.
Pada tahun 245 H. di kota Fez, Maroko,
dibangun masjid besar yang tak hanya menjadi tempat ibadah tetapi menjadi
tempat menuntut ilmu yang dihadiri mahasiswa dari banyak negara. Tak hanya
belajar Tafsir, Hadits dan Fiqh tetapi juga Matematika, Astronomi dan Geografi.
Masjid tersebut akhirnya terkenal sebagai Universitas al-Qairawan
(al-Karaouiyinne), universitas pertama yang mengadakan studi ilmu dari berbagai
bidang, bahkan universitas tersebut merupakan universitas pertama kali
didirikan dalam sejarah peradaban dunia. Al-Karaouiyinne ini telah berhasil
mencetak banyak intelektual Barat. Catatan sejarah menunjukkan sepuluh
mahasiswa non muslim menjadi alumni universitas tersebut. Salah satunya adalah
Galbart, seorang pastur yang akhirnya menjadi Paus Silvester II. Dialah orang
yang pertama kali memasukkan angka Arab ke Eropa dan menerjemahkan setiap ilmu
yang ditulis umat Islam. Dia juga yang mensponsori Amandemen Undang-Undang
Romawi dan disesuaikan dengan syariat Islam.
Pusat peradaban Islam lain yang terkenal
adalah Andalusia (Spanyol). Andalusia banyak melahirkan ilmuan muslim baik
dalam bidang ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum. Sebelum bangsa Eropa
memiliki universitas, di Andalusia sudah banyak berdiri universitas-universitas,
seperti Cordova, Seville dan Granada, bahkan orang Eropa banyak sekali yang
menuntut ilmu di sana.
Puncak kemajuan ilmu pengetahuan dalam Islam
adalah pada masa pemerintahan Khalifah Harun ar-Rasyid dan putranya al-Ma’mun
dari Khilafah Abbasiyah di Baghdad. Pada masa itulah pertama kalinya berdiri
Baitul Hikmah (Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Riset).
Apabila kita menengok sejarah ternyata dalam
Islam dikenal banyak sekali para ilmuan yang menjadi penemu atau pelopor bagi
sebuah ilmu pengetahuan (science), namun kebesaran nama mereka kadang jarang
disebut-sebut dalam khazanah pendidikan kita. Kalau sekarang murid-murid
Sekolah Menengah Pertama ditanya, siapakah penemu peredaran darah? Mereka akan
menjawab William Harvey. Atau, siapa penemu mesin uap? Mereka akan menjawab
James Watt. Sebenarnya, pada saat orang Eropa menganggap penyakit Herpes
merupakan sebuah kutukan dari Iblis, orang Islam sudah menemukan obatnya. Kita
juga ingat dalam sejarah ketika terjadi perang salib, banyak tentara Romawi
yang kagum dengan kompas yang dibuat oleh para mujahid Islam yang dipimpin oleh
Sultan Shalahuddin. Jadi pada waktu bangsa Eropa masih dalam kondisi jahiliyah
atau berada dalam masa kegelapan, orang Islam sudah memiliki peradaban yang
begitu tinggi.
Jikalau hadiah Nobel sudah ada pada zaman
mereka lahir, mungkin sudah banyak dan tidak terhitung tokoh dan ilmuan yang
menerima nobel dari kalangan dunia Islam. Dalam perjalanan nobel sejak 100
tahun silam, baru ada sekitar lima orang penerima nobel dari umat muslim.
Mereka adalah Presiden Mesir Anwar Sadat tahun 1978, sastrawan Mesir Nagib
Mahfudz tahun 1988, Abdus Salam dari Pakistan, ilmuan asal Mesir yang menetap
di AS, Ahmad Zuwaeli dan Muhammad Yunus dari Bangladesh. Dua orang pertama
mendapatkan penghargaan Nobel dibidang perdamaian dan sastra. Sedangkan Abdus
Salam di bidang Fisika dan Zuwaeli yang juga seorang hafidz Quran, ahli di
bidang Kimia, sedangkan Muhammad Yunus mendapat nobel perdamaian dalam
kiprahnya mengentaskan kemiskinan melalui kredit mikro di Bangladesh.
Namun yang menjadi pertanyaan saat ini adalah,
di mana masa keemasan dan kejayaan Islam dalam ilmu pengetahuan tersebut?
Mengapa dunia Islam sekarang ini sangat mundur bahkan terpuruk dalam segala
bidang kehidupan, termasuk sains? Keadaan yang menghawatirkan ini merupakan
akibat langsung dari umat Islam yang meninggalkan agamanya dalam mengatur
seluruh aspek kehidupan dan pola pikirnya masih Eropa Centris, sebagai akibat
dari pengaruh westernisasi dalam berbagai bidang kehidupan. Sehingga kita lupa
akan nilai-nilai dan jati diri sebagai seorang muslim.
Keberhasilan dan kemajuan bangsa Eropa (Barat)
dalam sains saat ini disebabkan mereka menerapkan nilai-nilai Islam, seperti
disiplin, banyak membaca, etos kerja yang tinggi, menghargai waktu, semangat
untuk mengejar pendidikan yang lebih tinggi dimana pun dan kapan pun yang
mungkin nilai-nilai tersebut mereka dapatkan dari sarjana-sarjana Eropa yang
dulu pernah belajar kepada para ilmuwan Islam.
Penutup
Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin
memiliki andil besar dalam membangun peradaban. Peradaban tersebut dibangun
atas dasar ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh pandangan hidup Islam. Hal ini
terbukti dengan lahirnya para ilmuwan muslim berkaliber internasional, baik pada
bidang kedokteran, Astronomi, Matematika, dan lain-lain.
Kontribusi para ilmuwan muslim itu seharusnya
menjadi inspirasi bagi kita, umat
muslim, untuk kembali mewujudkan kejayaan Islam di masa sekarang dan mendatang.
Bukan malah menjadikan kita terpukau dan terbuai oleh zaman keemasan peradaban
Islam atau bahkan melupakannya. Adanya citra negatif yang saat ini sedang
melekat pada umat Islam, harus kita jawab melalui kerja keras dan kontribusi
kita terhadap kemajuan umat. Semoga
Post a Comment
Post a Comment